Perbedaan Kepentingan (Importance Different)

Perbedaan Kepentingan (Importance Different)


PERBEDAAN KEPENTINGAN
Kepentingan merupakan dasar dari timbulnya tingkah laku individu itu sendiri, sehingga kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh individu didalam manifestasi pemenuhan dari kepentingan tersebut. Secara psikologis ada dua jenis kepentingan dalam diri individu yaitu kepentingan untuk memenuhi kebutuhan biologis dan kebutuhan sosial. Individu satu beda dengan individu lainnya.
pixabay.com
Manusia yang berbudaya tercipta dan berkembang sebagai perwujudan kehidupan
individu tersebut dalam masyarakat. Ada empat faktor yang membentuk sikap mental dalam kehidupan manusia:
1.      Keturunan atau faktor warisan biologis
2.      Kebudayaan atau faktor warisan sosial
3.      Lingkungan alam atau faktor geografis
4.      Faktor kelompok masyarakat.
Dari  empat faktor diatas terlihat bahwa pembentukan kepribadian individu tersebut juga
Memerlukan keterampilan dari individu tersebut untuk mengolah potensi yang ada pada diri individu tersebut untuk di transformasikan dalam kehidupan sekitarnya (masyarakat).
Masyarakat-masyarakat tradisional di Indonesia, pada umumnya bersifat kolektif. Segala kegiatan didasarkan pada kepentingan masyarakat: kepentingan-kepentingan individu walaupun di akui, mempunyai fungsi sosial.
Tidak jarang timbul pertentangan antara kepentingan-kepentingan individu dengan kelompoknya tersebut yang dalam hal-hal tertentu dapat menimbulkan perubahan-perubahan. Misalnya dikalangan orang-orang Batak yang sistem kekeluargaannya adalah patrilineal murni terdapat adat istiadat bahwa apabila suami meninggal, maka keturunannya berada dibawah kekuasaan keluarga almarhum. Dengan terjadinya proses individualisasi terutama pada orang Batak yang pergi merantau kemudian terjadi penyimpangan, yaitu bahwa anak-anak tetap tinggal pada ibunya, walaupun hubungan antara si Ibu dengan keluarga almarhum suaminya telah putus, karena meniggalnya suaminya. Keadaan tersebut membawa perubahan besar paada peranan keluarga batih dan juga pada kedudukan wanita, yang selamanya dianggap tidak mempunyai hak apa-apa apabila dibandingkan dengan laki-laki.
Pertentangan antara kelompok mungkin terjadi antara generasi tua dengan generasi muda. Pertentangan-pertentangan demikian itu kerapkali terjadi, apalagi pada masyarakat-masyarakat yang sedang berkembang demi tahap tradisional ke tahap modern. Generasi muda yang belum terbentuk kepribadiannya, lebih mudah untuk menerima unsure-unsur kebudayaan asing (misalnya kebudayaan Barat) yang dalam beberapa hal mempunyai taraf yang lebih tinggi. Keadaan tersebut dapat menimbulkan perubahan-perubahan tertentu dalam masyarakat, misalnya pergaulan yang lebih bebas antara wanita dengan laki-laki, kedudukan wanita yang sederajat dengan laki-laki didalam masyarakat dan lain-lainnya.
Dalam menghadapi standar normatif kelompok yang berkepentingan akan selalu berusaha membentangkan tujuan-tujuannya atau harapan-harapannya diatas tebaran tata nilai yang dijadikan standar dengan berusaha mengadakan rasionalisasi. Dalam hal ini sering mengakibatkan terjadinya konflik dalam bentuk perdebatan. Bentuk lain yang lebih ekstrem dari konflik ini adalah penyimpangan tingkah laku yang di aktualisasikan secara demonstatif maupun tingkah laku yang bersifat mediator. Rasionalisasi yang sering memperuncing konflik dipengaruhi oleh proses sosialisasi individu dimana hubungan manusia dengan norma-norma telah berubah, sehingga ia merasa benar-benar harus membuat sesuai dengan apa yang diharapkan.[1]Disinilah puncak dari suatu konflik.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat kita katakan bahwa pada awalnya konflik diawali dengan pertentangan yang bersifat idiologis dan kemungkinan akan berakhir pada saat salah satu pihak memaksakan pengertian mereka tentang moral maupun suatu harapan yang diikuti dengan kesadaran bahwa salah satu diantaranya telah berbuat kekeliruan. Ini harus kita sadari perbandingan idiologi. Konsekuensi yang lebih berat juga bisa muncul dalam bentuk saksi maupun aksi tertentu:
Beranjak dari asumsi bahwa dasarnya konflik berasal dari perbedaan ideology yang sudah dijelaskan diatas, maka lebih jauh kita akan melihat timbulnya perbedaan kepentingan sesuai dengan landasan selanjutnya terlebih dahulu melihat ideologi dalam suatu pengertian operasional.



[1]. John Rex, Analisa Sistem Sosial, Bina Aksara, Jakarta, 1995, Hal 14