A. Pengertian
Beriman kepada Nabi dan Rasul
Beriman
kepada Rasul-Rasul Allah merupakan rukun iman ke-4. Pengertian beriman kepada
para Rasul atau Nabi ialah mayakini atau mempercayai bahwa Allah telah memlilih
beberapa orang di antara manusia, memberikan wahyu kepada mereka dan menjadikan
mereka sebagai utusan (Rasul) untuk membimbing manusia ke jalan yang benar.
Allah berfirman : “Tiap-tiap umat
mempunyai Rasul, maka apabila telah dating Rasul mereka, diberitakanlah
keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikitpun) tidak di aniaya.”[1]
Para
ulama membedakan antara Nabi dan Rasul. Nabi
adalah seseorang yang menerima wahyu untuk dirinya sendiri tanpa
berkewajiban menyampaikan wahyu itu kepada umat. Sedangkan Rasul adalah seseorang yang menerima wahyu dari Allah untuk dirinya
dan dibebani tugas untuk menyampaikan wahyu tersebut kepada umatnya.
Nabi
dan Rasul yang di utus Allah sebelum Nabi Muhammad SAW. Mempunyai tugas
terbatas , mereka hanya membimbing bangsa atau kaumnya untuk waktu dan wilayah
tertentu, sedangkan Nabi Muhammad SAW.di utus untuk seluruh umat manusiia,
tanpa batas wilayah dan tak terbatas oleh waktu sampai hari kiamat.
Pixabay.com |
Mereka
di utus oleh Allah untuk mengajarkan Tauhid, meluruskan Akidah, membimbing cara
beribadah dan memperbaiki akhlak manusia yang rusak. Beriman kepada para utusan
(Rasul) cukup secara global (ijmali). Masalah yang masih diperselisihkan dalam
kaitannya dengan iman kepada para Nabi dan Rasul adalah mengenai jumlah. Hanya
Allah-lah yang mengetahui jumlahnya. Sebagian ulama mengatakan bahwa jumlah
seluruhnya adalah 124.000 orang. Dari sejumlah itu yang di angkat menjadi Rasul
ada 313 orang. Adapun nama-nama nabi yang tercantum dalam Al-Quran sebagai
berikut :
1.
Nabi
Adam a.s.
2.
Nabi
Idris a.s.
3.
Nabi
Nuh a.s.
4.
Nabi
Hud a.s.
5.
Nabi
Saleh a.s.
6.
Nabi
Ibrahim a.s.
7.
Nabi
Luth a.s.
8.
Nabi
Ismail a.s.
9.
Nabi
Ishak a.s.
10. Nabi Yakub a.s.
11. Nabi Yusuf a.s.
12. Nabi Ayyub a.s.
13. Nabi Zulkifli a.s.
14. Nabi Syuaib a.s.
15. Nabi Musa a.s.
16. Nabi Harun a.s.
17. Nabi Daud a.s
18. Nabi Sulaiman a.s.
19. Nabi Ilyas a.s.
20. Nabi Ilyasa a.s.
21. Nabi Yunus a.s.
22. Nabi Zakaria a.s
23. Nabi Yahya a.s.
24. Nabi Isa a.s.
25. Nabi Muhammad SAW
Di
antara nabi dan rasul tersebut , ada lima rasul yang mendapat gelar Ulul Azmi , yaitu suatu gelar yang
diberikan kepada para rasul yang memliki keuletan , ketabahan , dan kesabaran
luar biasa dalam menyampaikan wahyu atau risalah yang dibebankan kepadanya.
Rasul yang mendapatkan gelar tersebut adalah sebagai berikut : Nabi Nuh a.s , Nabi Ibrahim a.s , Nabi Musa
a.s , Nabi Isa a.s , Nabi Muhammad SAW .
B.
Mukjizat Nabi dan Rasul
Allah
memberikan mukjizat kepada paea nabi dan rasul yang termasuk Ulul Azmi, agar
umatnya mudah percaya tentang kemampuan luar biasa yang di berikan Allah
kepadanya yang tidak dapat ditiru dan dipelajari. Adapun mukjizat tersebut
antara lain sebagai berikut :
·
Perbuatan
perahu untuk menaikkan umatnya yang beriman kepada Allah sewaktu negaranya di
azab banjir dan akhirnya orang yang beriman itu selamat.
·
Seluruh
tubuh termasuk sehelai rambut masih utuh sewaktu dibakar Raja Namrud.
·
Tongkat
yang dapat berubah menjadi ular dan dapat membelah laut merah menjadi jalan.
·
Menghidupkan
burung yang semuladi matikan , dapat menhidupkan orang mati walopun hanya
sebentar, menyembuhkan penyakit kusta, dan orang bule yang sulit disembuhkan.
·
Membelah
bulan menjadi dua , dapat mengeluarkan air dari celah-celah jari tangannya dan
Al-Qur’an.
C. Sifat
dari Nabi dan Rasul
Setiap
para nabi atau rasul pasti memliki sifat wajib, mustahil dan jaiz. Sifat wajib
bagi rasul artinya sifat yang seharusnya dimiliki oleh para nabi dan rasul.
Berikut 4 sifat wajib bagi para nabi dan rasul :
1.
Siddiq , artinya benar
dalam segala ucapan dan tingkah lakunya. Sifat rasul ini berarti menerjemahkan,
bahwa Rasul tidak pernah berbohong.
2.
Amanah , artinya bisa
dipercaya. Rasul adalah utusan Allah yang diberika amanah untuk menuntun
umatnya ke jalan yang benar.
3.
Tabligh ,
artinya menyampaikan. Pada diri seorang Rasul memliki sifat ini , yaitu
menyampaikan semua yang di wahyukan Allah kepadanya.
4.
Fathanah ,
artinnya adalah pintar, cerdas. Seorang Rasul memliki kecerdasan yang bisa
digunakan untuk menebarkan agama islam.
Sedangkan
sifat mustahil, artinya para nabi dan rasul mustahil memiliki sifat tersebut
atau tidak memiliki sifat tersebut, berikut adalah sifat yang mustahil bagi
nabi dan rasul :
1.
Khidib , artinya adalah
dusta. Seorang Rasul tidak pernah berdusta atau berbohong.
2.
Khianat ,artinya
Curang.
3.
Kitman , artinya tidak
menyampaikan atau selalu menyembunyikan.
4.
Biladah ,
artinya bodoh.
Para
nabi dan rasul pun memiliki sifat jaiz, artinya para nabi dan rasul memliki
sufat seperi halnya manusia lain (A’radhul
Basyariyah) seperti makan, minum, tidur dll.
D. Nabi
Muhammad sebagai Nabi Terakhir
Nabi
Muhammad SAW adalah nabi yang terakhir. Sesudah beliau tidak akan diutus nabi
lagi. Sejak awal dakwah, beliau mengumumkan diri beliau sebagai penutup para
nabi dan hal ini diterima oleh kaum Muslim. Masalah Khatamiyah(kepenutupan)
dalam ajaran islam merupakan hal yang pasti (dharuri) dan tidak memerlukan
argumentasi. Kepenutupan Nabi SAW diterangkan dalam Al-Quran juga dalam
kitab-kitab hadits. “Muhammad itu
sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kalian, tetapi dia
adalah Rasulullah dan penutup-penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu.”[2]
Adapun
hadits mengenainya banyak sekali, namun kami bawakan sebagiannya saja sebagai
berikut: Sa’ad bin Abi Waqash meriwayatkan dari ayahnya bahwa Rasulullah SAW
bersabda kepada Ali as : “Kedudukanmu
disisiku seperti kedudukan Harun disisi Musa, hanya saja tidak ada seorang nabi
sesudahku”
Dinukil
dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda : “Aku di utus untuk seluruh manusia di dunia dan kenabian akan berakhir
denganku.”
Dari
hadits-hadits di atas dapat disimpulkan bahwa Muhammad SAW adalah penutup para
nabi. Sesudah beliau tidak ada nabi yang tidak akan pernah ada.
E.
Pengaruh Iman kepada Nabi dan Rasul dalam kehidupan
Sebelum
lahirnya seorang rasul khususnya Muhammad Saw sudah diinformasikan melalui
kitab-kitab terdahulu seperti Zabur, Taurat dan Injil sehingga dari sekian
golongan dan kaum terutama Yahudi dan Nasrani menanti-nanti kehadiran nabi ini,
mereka berharap nabi terakhir ini dari kalangan mereka bukan dari kalangan
bangsa lain, tapi Allah punya rekayasa lain bahwa nabi yang ditunggu-tunggu itu
muncul dari bangsa yang selama ini mereka anggap hina dan tidak berperadaban
yaitu bangsa Arab dari suku Quraisy. Begitu mereka ketahui, kontan saja
orang-orang Yahudi dan Nasrani yang tidak konsisten dengan seruan Taurat dan
Zabur menolak dengan mengingkarinya.
Rasulullah
memiliki sifat-sifat istimewa yang hanya diberikan kepada beliau saja selain
sifat manusiawi sebagaimana layaknya seorang hamba, Rasul secara umum mempunyai
sifat seprti berikut ini :
Pertama , mereka
adalah manusia biasa[3]
yang memerlukan makan, minum, beristri, ditimpa sehat dan sakit sebagaimana
layaknya manusia biasa. Mengapa Rasul dari golongan manusia bukan dari
golongan malaikat saja ?
1.Allah tidak mengutus rasul dari malaikat
karena malaikat tidak berjalan di muka bumi dengan tenang seperti manusia,
sebab mereka diciptakan bukan untuk menghuni bumi.
2.Allah tidak mengutus rasul dari kalangan
malaikat karena malaikat apabila turun ke bumi harus berbentuk manusia, setelah
itu manusia tidak dapat membedakan antara malaikat dan manusia biasa.
3.Seandainya rasul itu malaikat dan bukan
manusia, hal itu tidak dapat diutus hanya untuk menyampaikan, tapi ia tinggal
bersama manusia untuk mendidik dan menuntun mereka, menjadi suri tauladan bagi
manusia.
Kedua , Rasulullah adalah ma’shum, tidak pernah bersalah dalam
menyampaikan risalah dari Allah. Yang dimaksud dengan ma’shum adalah bahwa
mereka tidak meninggalkan kewajiban, tidak mengerjakan hal-hal yang haram dan
tidak berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.[4] “Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam
urusan harta rampasan perang. barangsiapa yang berkhianat dalam urusan rampasan
perang itu, Maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang
dikhianatkannya itu, Kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa
yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya.”
Namun
tidak menutup kemungkinan bahwa para rasul tersebut melakukan kesalahan yang
berhubungan dengan ijtihad [pendapat] pribadinya yang tidak ada sangkut pautnya
dengan wahyu seperti :
1)
Cemberutnya
Rasulullah ketika datang Ummi Makhtum yang menanyakan
islam kepada beliau [80;1-7]
islam kepada beliau [80;1-7]
2)
Ijtihaj
Rasulullah dalam strategi perang Badar dan perang Khandaq serta
tentang tawanan perang Badar [8;67-69]
tentang tawanan perang Badar [8;67-69]
Ketiga , hadirnya rasul di tengah-tengah ummat ini
sebagai suri tauladan dengan sifat-sifat mulia dalam kehidupan sehari-hari,
tingkahlaku, perkataan dan perbuatan, seperti :
a)Tauladan dalam kesabaran dan dalam
keteguhan memegang prinsip, ketika beliau ditawari tiga Ta, harta, tahta dan
wanita.
b)
Tauladan
dalam kesabaran dan menanggung penderitaan dalam memperjuangkan Dienullah.
c)Tauladan dalam saling mencintai dan
persaudaraan muslim yaitu aspek ukhuwah islamiyyah.
d)
Teladan dalam setiap akhlak/ moral yang mulia,
sebelum beliau sampaikan kepada orang lain maka beliau orang pertama yang
menerapkannya.
Para
rasul adalah manusia yang paling berpengaruh secara historis dalam sejarah
kemanusiaan, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
1)
mereka
tidak berbicara berdasarkan hawa nafsu, akan tetapi berdasarkan wahyu[5] oleh
karena itu apa yang mereka serukan berupa prinsif, falsafah hidup dan moral
tidak terpengaruh oleh pendapat dan maslahat pribadi serta kelemahan manusia.
2)
mereka memecahkan problem dengan metode yang
shamil [menyeluruh] bukan secara juz’i [parsial], sehingga problem itu dapat
diselesaikan dengan baik berkat bimbingan wahyu Allah.
3)
mereka
adalah tauladan hidup, yang tercermin dalam ajaran-ajaran moral dan keyakinan
yang mereka serukan, sehingga wajar bila Aisyah saat ditanya tentang Rasul, dia
menjawab,”Akhlak rasul itu adalah Al
Qur’an”.
Walaupun
beliau telah tiada dalam panggung kehidupan manusia sekarang ini tapi kita
tetap merasakan seolah-olah beliau hidup dihadapan ummat ini, ikut serta membimbing
dan mengarahkan kepada kehidupan yang lebih baik, beliau pernah bersabda,”Beruntunglah orang-orang yang melihatku
dan dia beriman kepadaku, berbahagialah, berbahagialah, berbahagialah bagi
orang-orang yang tidak pernah melihatku tapi mereka beriman kepadaku”
Artinya untuk mencapai dan meraih simpati Rasulullah tidak terletak karena interaksi kita dengan beliau secara lansung, tapi interaksi melalui ajaran dan sunnhanya juga dapat meraih simpati dan syafaat beliau. Walau banyak keuntungan yang diterima oleh orang-orang yang hidup bersama beliau secara lansung dahulu melalui pergaulan sehari-hari tapi peluang kebaikan itu tidak tertutup hingga kini dengan mengamalkan sunnahnya, pengaruh itulah yang menjadikan seorang muslim siap mengorbankan apa saja dengan dienullah ini karena pengaruh ajaran yang dibawa rasulnya, wallahu a’lam.
Artinya untuk mencapai dan meraih simpati Rasulullah tidak terletak karena interaksi kita dengan beliau secara lansung, tapi interaksi melalui ajaran dan sunnhanya juga dapat meraih simpati dan syafaat beliau. Walau banyak keuntungan yang diterima oleh orang-orang yang hidup bersama beliau secara lansung dahulu melalui pergaulan sehari-hari tapi peluang kebaikan itu tidak tertutup hingga kini dengan mengamalkan sunnahnya, pengaruh itulah yang menjadikan seorang muslim siap mengorbankan apa saja dengan dienullah ini karena pengaruh ajaran yang dibawa rasulnya, wallahu a’lam.